Kebebasan, persamaan, keadilan dan kemanusiaan untuk menentukan nasib sendiri sebagai bangsa berdaulat merdeka

Senin, 05 Mei 2008

GUS-DUR, DAP DAN DEMOKRASI

Demokrasi Di Tanah Papua

Adalah Dewan Adat Papua, disingkat DAP. Mengundang Gus Abdurrahman Wahid atau Gus Wahid ke Papua untuk memberikan pengghargaan kepada Kiyai yang telah buta saat menjadi Peresiden RI ke tiga itu. Dalam situs internet milik orang Papua, (www. komunitas-Papua.com) melaporkan beberapa alasan mengapa pengghargaan (apresiasi) mau diberikan kepada Ulama nyentrik itu alasannya sebagaimana dikatakan pihak shohibul hajat dan selaku ahlul bait seperti kutipan berikut :

"Sebagai apresiasi dan wajud rasa terima kasih masyarakat Adat Papua atas berbagai kebijakan yang dirasa telah memberikan sumbangsih bagi kehidupan demokrasi dan penegakan HAM di Tanah Papua,..." (www.komunitas- papua.com, 13 Nov 2006 - 05:54 AM.)”.

DAP menganggap bahwa Gus-Dur adalah salah satu pemimpin Indonesia yang “menyeberang” melampaui rata-rata pemimpin Indonesia selama ini yang hanya melihat Papua dari perspektif kepentingan nasionalisme Indonesia yang sempit. Karena itu DAP menganggap perlu menyegarkan kembali demokrasi di Tanah Papua dengan mengundang Sang Pepimpin Islam Tradisional Jawa ini, datang ke Papua, guna mendorong proses demokratisasi di Tanah Papua, yang dirasakan tercerabut dari fondasi demokrasi yang diletakkan (ditanamkan) Gus-Dur saat menjadi Presiden bersama Theys Hiyo Eluy serta sejumlah tokoh PDP.

Maka kesempatan momentum memperingati hari wafatnya, "Pahlawan Nasional Papua", adalah waktu yang tepat, menegakkan demokrasi di tanah Papua. Dan mantan ketua umum PDP, Almarhum Bapak Theys Hiyo Eluay, martir dan tumbal ditangan Militer Indonesia (lima tahun silam), adalah simbol sekaligus sosok demokrat bersama Gus-Dur, dalam penegakan demokrasi di Indonesia dan di Tanah Papua sekaligus.

Karena akar-akar demokrasi yang telah ditanamkan Gus-Dur bersama Teys Hiyo Eluay lima tahun silam, kembali digerogoti oleh dominasi kekuasaan militer, dan pengotrolan secara ketat dalam pemerintahan Otonomi Khusus di Papua, menjadi alasan lain Kiyai Haji Abrurrahman Wahid (Gus Dur), kembali dihadirkan di Tanah Papua. Gus-Dur dianggap oleh DAP, sebagai sosok pemimpin Indonesia demokrat yang pernah berhasil menjadi Presiden RI yang sangat memperhatikan Papua dan selalu berpihak atas minoritas yang tertindas. Bahkan keberpihakannya akan penegakan demokrasi di Indonesia, perhatiannya cukup besar pada Papua. Selama menjabat Presiden, Gus Dur memberikan bantuan dana untuk penyelenggaraan kongres Papua ke II di GOR Port Numbay. Dan mengganggap Bintang Kejora, Hai Tanahku Papua, adalah lambang kultural yang diizinkan untuk orang Papua menggunakannya.

Demikian besar jasa-jasa Gus-Dur atas Papua, maka menjadi masuk akal bagi kita dan bahwa DAP menganggap perlu untuk membuka kembali kran demokrasi yang kini telah tertutup kembali oleh akibat hegemoni atau dominasi militer pasca kepresidenan Gus-Dur. Maka secara trategis DAP, berhasil dan mampu membaca dengan mengundang Gus-Dur datang ke Papua untuk melakukan reposisi guna melakukan perbaikan-perbaikan atas kekeliruan pemerintahan despotis pada masa silam yang kembali terlihat di Papua dan gejala-gejalanya telah muncul kembali yakni dengan adanya super ketat pengamanan militer Indonesia pada obyek-obyek vital birokrasi Papua semisal RRI, TVRI, Telkom, PT. Perum Bulog, Departemen Keuangan, dan beberapa perusahaan asing seperti Freeport, Britis Petrolium.

Arti penting kehadiran Gus-Dur, minimal mencegah atau menimalisir pemerintahan despotisme masa lalu dan mengantisipasi gejala munculnya kembali. Maka kehadiran Gus-Dur ke Papua dengan sendirinya dapat membawa angin segar kembali bagi penegakan demokrasi di Tanah Papua termasuk Indonesia dan membuka mata kembali akan demokrasi Indonesia dan masa depan Papua sekaligus. Kita mengapresiasi niat dan itikad DAP dalam membangun :"Babak Baru Demokrasi Ditanah Papua". DAP mengundang KH. Abdurrahman Wahid dan menganggap Gus-Dur satu-satunya hati nurani masyarakat Adat Papua dari Indonesia. Bahkan lebih lanjut dia dianggap tokoh Politik Indonesia yang mampu mendengar, jeritan suara hati rakyat Papua yang paling dalam.

Demikian sejumlah laporan terutama situs komunitas Papua melaporkan sebagaimana dikutip terbaca berikut ini. "Selain memberikan angin segar bagi penegakan HAM di Tanah Papua, Gus Dur juga dinilai membangun kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam menegakan kehidupan demokrasi di Tanah Papua, serta membangun persepsi tentang pembangunan yang dimulai dari kampung. Hal yang lain DAP juga menilai Gus Dur menghormati hak-hak asasi manusia setiap orang, secara khusus orang Papua." (Ibid).
Oleh sebab itu para petinggi Papua yang kini menggunakan "payung" DAP, yang umumnya para petinggi PDP, seperti Thom Beanal, Thoha Al-Hamid yang keduanya sebagai ketua dan sekjen PDP, mulai turun menampakkan wajah untuk menyambut kedatangan sekaligus memberikan penghargaan kepada KH. Abdurrahman Wahid, yang dianggap berjasa mendorong demokratisasi di Tanah Papua.

Memang demikian agaknya, bahwa acara senggaja dirangcang panitia, yakni Fadal Al-Hamid, selaku ketua DAP, menghadirkan Gus Dur, datang ke Sentani Jayapura Papua, untuk peletakan batu di kuburan Almarhum Teys Hiyo Eluay, sekaligus pengganugerahan awards yang direncanakan panitia sebelumnya, sebagaimana berita kutipan berikut ini.
"Beliau peduli pada masyarakat Papua dan menghargai demokrasi," kata Fadal dalam keterangan persnya di Kantor DAP yang berkududukan di Waena, Jumat (10/11) kemarin." Karena itu lanjutnya;"...Maka DAP akan mengganugerahi awards kepada Gus Dur.".
Demikian situs internet, (www. komunitas Papua com dan WP News HQ) serta media cetak sejenis melaporkan. Bahwa Gus-Dur sangat dibatasi, kecuali hanya dua kalimat. Selengkapnya laporan itu demikian.

"Setelah sampai di pemakaman Alm. Eluay, Gus Dur hanya diberi waktu mengucapkan dua kalimat, Pertama, bahwa "Theys Eluay adalah teman seperjuangan dalam penegakkan HAM..." dan kedua, "perjuangannya itu bukan hanya untuk orang Papua, tetapi untuk semua teman-teman ..." begitu sedang berbicara, tiba-tiba langsung dihentikan. SPMNews sendiri berdiri dalam jarak 3 meter dari beliau tetapi tidak dapat melihat siapa tangan jahil yang sedang menghentikannya. " ( WPNews HQ pada 13 Nov 2006, 10:27)”.

Padahal Gus Dur ingin banyak bicara. Namun karena beliau dilarang banyak bicara ditempat itu. Maka banyak hal diurungkan, terutama gagasan-gagasan khas Gus-Dur sebagai seorang intelektual dan aktifis demokrasi Indonesia, yang berlatarbelakang islam tradisional (baca NU) yang dikagumi dan dikenal Barat dan di Timur itu. Bahkan pemikiran dan akitivitas politiknya yang dikenal selama ini mampu melampaui kebanyakan sarjana didikan Barat dan kebanyakan intelektual muslim Indonesia pada umumnya.

Maka wajar Gus-Dur dikatakan sosok yang senang berbicara. Sebab sarana ekspresi pemikiran seseorang dapat diketahui kalau bukan lewat tulisan, pasti lewat lisan (oral). Sebagaimana terbaca dalam kutipan berita berikut ini; "Karena, Sosok Gus Dur yang senang berbicara itu hanya dibatasi dengan kalimat yang perlahan, tetapi tidak panjang pula".

Namun sayang kali ini tidak banyak kata-kata, hanya renungan di pusara sahabat yang telah mendahuluinya untuk beristirahat panjang, sebagai sesama pelopor demokrasi Indonesia, sebagaimana diakui sendiri oleh Gus Dur. Sehingga semua harapan dan impian yang kita harap dari Gus-Dur tidak banyak terungkap. Jika saja dia memiliki kesempatan berbicara banyak, sebagaimana layaknya dalam sambutan beliau selama ini dilain tempat.

Gus-Dur disini banyak mendapatkan hambatan untuk berbicara oleh aparat. Kecuali itu, selebihnya KH. Abdurrahaman Wahid, berbicara dengan thema yang disiapkan oleh Pemerintah Propinsi Papua, yaitu : Pembangunan. Dalam pada itu secara serta-merta sebagaimana ala Gus Dur. Hanya beberapa kata dari dua kalimat yang sempat terucapkan oleh Gus Wahid yakni; keinginan dan harapannya agar Theys di jadikan sebagai Pahlawan Nasional, atas jasa-jasanya ikut serta memajukan demokrasi Indonesia. Karena itu menurutnya Theys layak diangkat sebagai pahlawan nasional sebagai seorang yang bersamanya telah berjasa memperjuangkan demokrasi Indonesia, dan ia martir di tangan militer karenanya.

*** ***

Tidak ada komentar: