Kebebasan, persamaan, keadilan dan kemanusiaan untuk menentukan nasib sendiri sebagai bangsa berdaulat merdeka

Senin, 05 Mei 2008

BAHAYA BRAEN WACHING

Beberapa waktu yang lalu dalam diskusi di milis ini, sempat diangkat betapa berbahayanya bagi rakyat Papua atas media massa yang dikelola serta dipunyai oleh penjajah di Papua. Sebab akibat negatif yang ditimbulkan oleh begitu mendominasinya berita serta kampanye terselubung untuk kepentingan kapitalisme, dan bisnis segelintir yang dimiliki penjajah, namun dengan penguasaan mereka atas media massa, menyebabkan efektifitas pengontrolan informasi dan berita yang itu merugikan masyarakat umumnya Papua.

Hal demikian tidak disadari, karena dominasi wacana kolonial, untuk merubah konsepsi dan persepsi dapat terjalari wacana mereka diotak rakyat Papua dapat meruntuhkan idealisme Papua. Sebab jangankan rakyat umum yang awam, bagi yang telah berpendidikan sekalipun, kemungkinan besar kita telan kebenaran yang sebenarnya tidak benar berita omong kosong yang dikemas dengan tujuan koloni mereka. Sehingga kita dapat terjebak pada penggiringan opini mereka untuk menggiring cara berfikir kita pada kemauan mereka.

Sebagai akibatnya yang demikian itu (kekuasaan atas wacana publik oleh media penguasa atau penjajah), dapat mematikan masa depan Papua menentukan nasib sendiri. Penyakit (sebutlah dominasi wacana pers), memang pantas disebut demikian, karena berbahayanya adalah kematian rasa diri orang Papua, dicoba mau dihilangkan oleh akibat dominasi kekuasaan dunia pers dan wacana yang dibuatnya. Hal itu berakibat langsung pada masa depan kita orang Papua, bahwa kita di hilangkan atau dimusnahkan, dalam proses opini oleh wacana yang doninan kepentingan kapitalis dan kolonialis, diatas Tanah Air kita (Papua) sendiri. Contoh demikian itu adalah koran harian terbit yang umum di baca masyarakat, Cenderawasih pos (CEPOS).

Harian ini selalu memberitakan berita selalu dengan mengusung kepentingan militer dan konsespsi NKRI. Dalam pemberitaannya Cepos, lebih banyak membungkus kepentingan kolonialisme NKRI dan kapitalisme asing di Papua Barat. Dalam head line news-nya, Cenderawasih Pos (CEPOS) berita yang diangkat adalah selalu kepentingan keamanan dan keutuhan nasional NKRI. Koran ini menurut saya karena itu, melakukan pembodohan terhadapa orang Papua selalu dan terus menerus secara sistematis.

Bagaimana kita melarangnya? Kita tidak dapat melarangnya, namun menurut saya kita harus punya bacaan alternatif, (TIFA PAPUA, masih terbit?), agar masyarakat dapat membandingkannya sendiri, mana fakta dan informasi benar dan tidak. Kita dapat meyerahkan kepada masyarakat sendiri, agar mereka memilih mana informasi yang berpihak dan benar sebagai pengganti harian yang dan dikontrol oleh militer penjajah.

Karena Cenderawasihpos satu groups dengan group induknya Jawa Pos, dan menguasai separuh pangsa pasar nasional dalam penjualan oplah penerbitannya setelah Kompas. Jawapos dan dan kalau di daerah radar atau pos-pos nama belakangnya setelah nama kota daerah bersangkutan itu menguasai seluruh propinsi dan kota kabupaten seluruh Indonesia. Dalam perannya sebagai pers nasional, adalah upaya mengutamakan kepentingan rakyat bukan mengusung aspirasi penguasa militer di Papua.

Cenderawasihpos di Papua membodohi kita dari keinginan mau Merdeka. Demikian sebagaimana aspirasi seluruh rakyat Papua umumnya koran ini. Karena itu harian ini melakukan kejahatan informasi dan berita atas bangsa Papua.

Demikian juga hasil pembacaan saya atas beritanya berikut ini yang dimuat di situs milik masyarakat Papua yakni: www. komunitas-papua.com. menujukkan hal ini. Kebenaran berita dan deskripsi dari realitas yang diangkat jauh dari substansi permasalahan yang ada. Justeru kita (Papuaman) digiring pada soal ada Amerika dan mau membantunya, investasinya, kepentingan siapa ini? Cenderawasihpos mengatakan kepentingan Papua dan NKRI. Amerika mau membantu NKRI tetap mempertahankan Papua dan mereka tetap mau mencuri emas kita. Binatang Amerika dan Indonesia! Mereka pancuri kekayaan Papua! Usir dorang dari tanahku Papua.

*** ***

Tidak ada komentar: