Sengaja judul tulisan ditulis begini agar permasalahan menjadi jelas. Namun pada tempat yang terbatas ini, tidak dapat dijelaskan secara tuntas menyeluruh, hanya dijelaskan terbatas, padahal pokok persoalannya luas. Namun paling penting adalah bahwa ada niatan penulis mencoba mengangkat dari sudut lain, yang mungkin kebanyakan kita tidak biasa memandang keterkaitan Islam dan prinsip pembebasan Papua, mau melihat disini agar permasalahan menjadi jelas dalam menjawab judul tulisan yang memang sengaja diberi pertanyaan.
Penulis merasa penting menjelaskan ini sehingga kekeliruan atau lebih tepatnya ketidaktahuan umumnya kita selama ini, baik dari kalangan didalam orang Islam terutama Muslim Papua, dan utamanya kebanyakan orang Papua diluar Islam yang melihatnya sepintas lalu, keterkaitan antara Islam-- sebagai suatu nilai kebenaran yang bersifat universal sebagaimana agama-agama besar lainnya disatu pihak, --dan Perjuangan Gerakan Papua Merdeka dilain pihak, serta Muslim sebagai pribadi-pribadi yang memeluk nilai Islam yang memang pada akhirnya dapat berpotensi tidak selamanya sejalan. Maka tulisan ini hanya sedikit mencoba menjelaskan keterkaitan itu.
Muslim Papua Antara "M" atau "O"
Banyak kalangan dan mungkin sampai saat ini, Muslim Papua dalam perjuangan papua Merdeka dari pejajahan Indonesia bersikap tidak progressif atau malah tidak ada inisiatif sama sekali dalam rangka mengambil bagian memperjuangkannya bersama rakyat Papua secara bersama. Bahkan lebih parahnya lagi bahwa seakan mereka menyetujui penjajahan Indonesia atas dirinya, mereka diam begitu saja tanpa ada perlawanan sebagaimana masyarakat umumnya Papua dari penganut agama lain Islam.
Lembaga atau institusi milik Islam Papua misalnya MUI, Muhammadiyyah dan PWNU; seakan bisu dan diam tanpa peduli akan pelanggaran HAM di Papua Barat, sejak daerah ini di aneksasi Indonesia melalui Pepera tahun 1962 yang konon cacat hukum karena tidak melalui one man one vote. Tidak sebagaimana lembaga milik Kristen misalnya GKI atau Pastoran dari Katolik, yang banyak melaporkan hasil temuan pelanggarakan HAM berat di pegunungan bahkan terasa lebih dominan kepekaanya sebagai menegakkan nilai-nilai kebenaran ajaran agamanya itu.
Sebaliknya, Muslim Papua dan Ormas Islam. Umumnya institusi milik Islam dan kaum muslimin dalam sikap politik antara pilihan "M" dan" O" sebelum atau pasca kongres Papua, banyak kita saksikan bahwa Muslim Papua terkesan mendukung "O" alias menghalangi Gerakan Papua Merdeka. Sampai saat ini hampir banyak di pastikan Muslim Papua mungkin bisa dibahasakan; tidak ingin merdeka terlepas dari NKRI. Hal ini lebih-lebih dari kalangan “amber” muslim yang datang ke Papua dari penduduk Indonesia yang memang datang untuk mengabdi kepentingan colonial (Jakarta-Indonesia), dari kalangan "amber". Atau mereka yang dari kalangan masyarakat sipil Asia, Indonesia-Melayu, yang datang ke Papua untuk mengais rezeki.
Terlepas dari persoalan beda interpretasi teks-teks kitab suci sebagai platform fundamental (baca; Al-Quran dan Al-Hadits) umat Islam seluruh dunia sebagai guidance, adalah argumentasi kebalikan jawaban para Muslim pribumi yang ikutan bersikap sama dengan para amber. Hal demikian ini menjadi terasa aneh bagi kita, ini disebabkan oleh bertentangangannya dengan prinsip Islam yang mendasar yang kita tahu sebagai rahmatn lil'alamin itu, tidak di wujudkan dalam sikap politik Muslim Papua dalam pilihan "busuk" Indonesia.
Implikasi demikian itu menyebabkan Islam salah di terjemahkan dalam sikap Politik antara O dan M oleh Muslim Papua. Disini seakan tidak ada ruang rekontektualisasi nilai-nilai Islam sesuai dengan konteks social politik dan budaya Papua. Hal demikian disebabkan oleh akibat kurang mengenalnya kita, Muslim Papua, akan ajaran inti Al-Quran yang sesungguhnya hadir dimuka bumi, untuk membebaskan umat manusia dari ketertindasan, pembunuhan, perampasan hak-hak asasi manusia seperti yang terjadi pada Bangsa Papua saat ini.
Perampasan atau perampokan harta kekayaan Orang Papua yang dilakukan oleh bangsa Indonesia betapapun Indonesia adalah beragama Islam tetap itu adalah kedholiman, (bertentangan dengan ajaran agama Islam). Penganiayaan bangsa Indonesia atas bangsa Papua apapun alasannya, sesungguhnya bertentangan dengan ajaran inti Islam yang terkandung didalam kitab suci, Al-Qur'an dan Al-Hadist. Sebab esensi kehadiran Islam dimuka bumi adalah rahmatan lil’alamin, kasih sayang bagi seluruh alam, dan missi utamanya kemerdekaan, kebenaran, keadilan dan pesan utamanya sesuai nama agama Islam itu sendiri yaitu kedamaian.
Penulis sangat menyesal banyak saudara Muslim lain, sikapnya dalam konteks Papua lebih pro "O" atau bertentangan dengan kenyataan bahwa kita di jajah Indonesia. Dan umumnya Muslim Papua tidak sejalan dengan penulis atau Thoha Al-Hamid yang Sekjen PDP itu. Bahkan Muslim Pribumi mudah percaya dengan omong kosong Indonesia yang umum kita ketahui bersama selama ini, seperti mengintegrasikan Papua didalam RI/NKRI untuk membangun dan memajukan Rakyat Papua.
Oleh sebab itu tulisan ini lebih sebagai pendidikan politik Muslim Papua, akan hak-haknya yang diberikan dan dijamin oleh Alloh SWT untuk di jaga. Dan kalau dirampas orang dari bangsa lain atas kekayaan alam negeri yang diberikan oleh Allah SWT, sebagai amanah dan dipelihara dari kerusakan, perampasan dan pencurian negara lain seperti kita Papua harus dilawan.
Maka semoga minimal tulisan ini harapannya harus menjadi kewaspadaan Pribumi Muslim Papua. Dan orientasi Muslim Pribumi kedepan harus tetap atau kembali menbangun kesadaran sebagai Muslim Papua untuk berdiri dalam barisan terdepan dalam menyuarakan kebenaran atas penjajahan dan penindasan hak-hak hidup dasariah manusiawi yang dirampok dan ditindas oleh Indonesia. Dan penjajah Indonesia harus dilawan sebagai hukum kewajiban (fardhu ‘ain) oleh seluruh indivudu Muslim Papua.
Dengan menyatakan ini Penulis yang berasal dari Muslim Papua asal Kelahiran Walesi, Wamena, Kab. Jayawijaya Papua, menyerukan resolusi jihad fisabilillah bagi Penganut Islam Papua. Setidaknya upaya tulisan ini sebagai ghozwulfikri, bahwa dengan opini demikian akan menjadi khiroh (semangat) internal Pribumi Muslim dari kekeliruan sikap politik antara dua pilihan sebelum ini atas intrepretasi ajaran Islam. Muslim Papua harus menegakkan harga diri sebagai makhluk Allah SWT, yang mulia di muka bumi dapat diwujudkan dengan menyatakan kebenaran sebagai yang benar dan salah sebagai salah tanpa memperdulikan penjajah Indonesia sebagai sesama Muslim.
Islam Dan Muslim Berbeda
Mendukung Papua Merdeka sambil mempertahankan diri sesama Papua adalah wajib hukumnya bagi Muslim Papua kedepan ini. Yang menjajah betapapun ia Muslim harus dilawan karena Islam berbeda dengan Muslim, apalagi Jawa, atau manusia Bugis-Buton Makasar, sama sebaliknya manusia Bugis, Buton dan Makasar atau Madura wajib mendukung sesuai ajaran Agama Mulia ini yakni Islam, kalau memang mereka benar Muslim dan ingin menegakkan nilai-nilai Islam yang benar sesuai ajaran yang ada dalam Qur'an-Hadist.
Muslim Papua, dari Jawa, Madura atau Sulawesi kalau benar mereka beragama Islam berarti harus bersama Orang Papua lain wajib memerdekakan Papua dan bersama Orang Papua lain baik Muslim atau bukan wajib melawan penindasan itu. Sebab pendindasan oleh siapapun dan dari seagama dengan kitapun itu harus dilawan karena tidak sejalan dengan semangat agama Islam sebagai anutan mereka yang mengajarkan nilai persamaan dan menjunjung martabat atau harga diri manusia. Sikap demikian terhadap penjajahan atau penindasan sesungguhnya sangat sejalan dengan Islam. Karena esensi Islam hadir kedunia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul justru untuk membebaskan umat manusia serta menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan bagi siapapun manusia dan dimanapun tempatnya tidak terkecuali Bangsa Papua saat ini. Islam sekali lagi hanya, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebagaimana nilai asasi Islam di jelaskan diatas, idealnya dan ini menjadi kewajiban tidak hanya oleh Muslim Pribumi seperti Thoha Al-Hamid namun seluruh Muslim Papua yang merasa Muslim harus menyatakan kebenaran ini bahwa penjajahan adalah kata lain pencurian, perampokan atau exploitasi kekayaan alam milik Orang Papua oleh Indonesia seperti dilakukan PT.Freeport, British Petrolium di Bintuni (daerah Penduduk Muslim dari dulu), pencurian kayu (illegal logging), singkatnya semua kekayaan alam Papua adalah karunia Allah SWT, bagi Orang Papua harus kita pertahankan dari perampokan bangsa Muslim Indonesia ini, dan dilawan untuk di pertahankan. Muslim Papua harus melawan ini sebagai jihad fisabilillah. Sebab pengertian Islam secara generiknya sejalan dengan pengertian pembebasan atau kemerdekaan.
Islam Agama Tuhan
Bagi banyak kalangan masyarakat Papua, Umumnya menganggap bahwa Islam berarti Jawa atau Bugis-Buton-Makasar dan atau juga Ternate, singkatnya mereka yang umumnya berasal dari luar Papua, selain Kabupaten Fak-Fak atau Daerah Selatan Kepala Burung Papaua. Karena Muslim Papua berarti mereka yang berasal dari kebanyakan orang Indonesia yang Melayu Asia itu. Maka persepsi orang lalu Islam melegalisasikan ajarannya sebagimana kelakuan Muslim adalah salah dan ini berbahaya. Memang yang akan menjadi akibat parah adalah orang Papua di zaman penjajahan Indonesia atas Papua ini, kebanyakan kita memeluk dan beribadah bersama Muslim penjajah-dan menganggap Islam sama dengan Indonesia. Islam harus dibedakan dari suku bangsa, Jawa tidak selamanya Islam, tapi Jawa ada juga Muslim.
Anggapan demikian benar karena Muslim adalah mayoritas penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa itu atau 85% dari penduduk dan secara statistik adalah jumlah pemeluk agama Islam terbesar dunia. Dan sehingga memang, kenyataan di mana-mana dikota Papua didapati para "amber", pendatang, ini hampir seluruhnya Muslim atau mereka yang beragama Islam. Tapi harus dibedakan dan kita harus ingat bahwa Islam agama Tuhan, Islam agama diperuntukkan bagi umat manusia dijagat raya, tidak hanya, Indonesia yang mendholimi bangsa Papua dan juga muslim Papua yang ada didalamnya.
Lalu dimanakah kaitan Islam dalam mendukung proses pembebasan tanah Papua oleh Muslim Papua? Islam dimanapun wajib dan akan terus dihadirkan guna membebaskan manusia atas penjajahan, perampasan hak-hak asasi manusia, dan penindasan oleh bangsa atas bangsa lain. Lalu pertanyaan intinya sebagaimana judul tulisan ini, Adakah Islam Mendukung Papua Merdeka? Jawabannya 100% mendukung sebagaimana pengertian Islam dari "sana"-nya (baca; lauhul mahfudz), karena kemerdekaan adalah hak kodrati yang dijamin oleh Allah SWT, kepada setiap individu dan bangsa. Tapi kalau pertanyaan ini di tanyakan dengan, adakah Muslim Mendukung Papua Merdeka? Jawabannya ada dan tidak, karena jawabannya ada dan tidak, maka masalah ini harus didekati secara lebih dekat agar kita dengan secara lebih arif pula mengerti yang ada ini siapa mereka sebagai saudara dan yang tidak kita jadikan sebagai politic enemy bersama.
Mungkin bagi Muslim lain penulis dapat dianggap gegabah. Namun penulis berani mengatakan ini karena penulis tahu bahwa yang berpendapat kebalikan dari penulis disini adalah mereka yang tidak tahu Islam atau tidak belajar Islam selain hanya sebagai KTP yang tertera beragama Islam yang juga berarti yang dimaksud dengan Muslim itu. Karena jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah yang terbesar dan mayoritas penduduknya beragama Islam di dunia maka penting di jelaskan disini, tentang perbedaan pengertian antara Islam dan Muslim mengingat Bangsa Muslim yang besar dunia ini dirasakan sedang menjajah orang Papua yang sesungguhnya juga sangat, sekali lagi sangat bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran Islam yang agung dan mulia itu.
Namun hanya faktor kebetulan sajalah yang menjajah Papua saat ini adalah Muslim Indonesia, yang walaupun tidak sesuai dengan nilai kebenaran Islam yang melarang penjajahan itu. Sehingga orang seperti penulis sendiri yang baru belajar nilai ajaran Islam di Universitas menjadi tahu bahwa penjajahan Indonesia atas Papua sama sekali tidak ada kaitan sebagai menjalankan aturan Islam oleh Muslim Penjajah, Indonesia.
Islam dan Muslim berbeda walaupun berasal dari satu akar kata. Perbedaan Islam dan Muslim itu setidaknya dalam pengertian. Muslim sebagai kata benda yang berarti manusianya, sedangkan Islam sebagai kata sifat yang abstrak, berarti nilai. Sesuatu yang berdimensi nilai berarti juga sesuatu yang dianggap suci, sakral (keramat), yang berintikan ajaran-ajaran doktrin pokoknya bersifat transendetal, diluar jangkauan dari akal pikiran manusia yang terbatas. Misalnya menyangkut keadilan, kebenaran sebagai pokok ajaran intinya yang diharap dari para pemeluk agama, yang walaupun secara terus menerus manusia ingin mewujudkan keadilan, kebenaran itu.
Dalam pencapaiannya, manusia tidak pernah sangggup dan malah tidak pernah sampai. Bahkan sampai seluruh usia dihabiskan untuk mewujudkan ini, atau bahkan dari generasi kegenerasi manusia sepanjang hidupnya, hanya kebenaran subyektif, keadilan subyektif semata, kecuali terus menerus intrepretasi oleh para teolog sebagai inovasi doktrin ini ajaran agama belaka yang dibatasi oleh dimensi waktu dan tempat.
Wallahu'alam Bishowaaf.
---------------------
Penulis merasa penting menjelaskan ini sehingga kekeliruan atau lebih tepatnya ketidaktahuan umumnya kita selama ini, baik dari kalangan didalam orang Islam terutama Muslim Papua, dan utamanya kebanyakan orang Papua diluar Islam yang melihatnya sepintas lalu, keterkaitan antara Islam-- sebagai suatu nilai kebenaran yang bersifat universal sebagaimana agama-agama besar lainnya disatu pihak, --dan Perjuangan Gerakan Papua Merdeka dilain pihak, serta Muslim sebagai pribadi-pribadi yang memeluk nilai Islam yang memang pada akhirnya dapat berpotensi tidak selamanya sejalan. Maka tulisan ini hanya sedikit mencoba menjelaskan keterkaitan itu.
Muslim Papua Antara "M" atau "O"
Banyak kalangan dan mungkin sampai saat ini, Muslim Papua dalam perjuangan papua Merdeka dari pejajahan Indonesia bersikap tidak progressif atau malah tidak ada inisiatif sama sekali dalam rangka mengambil bagian memperjuangkannya bersama rakyat Papua secara bersama. Bahkan lebih parahnya lagi bahwa seakan mereka menyetujui penjajahan Indonesia atas dirinya, mereka diam begitu saja tanpa ada perlawanan sebagaimana masyarakat umumnya Papua dari penganut agama lain Islam.
Lembaga atau institusi milik Islam Papua misalnya MUI, Muhammadiyyah dan PWNU; seakan bisu dan diam tanpa peduli akan pelanggaran HAM di Papua Barat, sejak daerah ini di aneksasi Indonesia melalui Pepera tahun 1962 yang konon cacat hukum karena tidak melalui one man one vote. Tidak sebagaimana lembaga milik Kristen misalnya GKI atau Pastoran dari Katolik, yang banyak melaporkan hasil temuan pelanggarakan HAM berat di pegunungan bahkan terasa lebih dominan kepekaanya sebagai menegakkan nilai-nilai kebenaran ajaran agamanya itu.
Sebaliknya, Muslim Papua dan Ormas Islam. Umumnya institusi milik Islam dan kaum muslimin dalam sikap politik antara pilihan "M" dan" O" sebelum atau pasca kongres Papua, banyak kita saksikan bahwa Muslim Papua terkesan mendukung "O" alias menghalangi Gerakan Papua Merdeka. Sampai saat ini hampir banyak di pastikan Muslim Papua mungkin bisa dibahasakan; tidak ingin merdeka terlepas dari NKRI. Hal ini lebih-lebih dari kalangan “amber” muslim yang datang ke Papua dari penduduk Indonesia yang memang datang untuk mengabdi kepentingan colonial (Jakarta-Indonesia), dari kalangan "amber". Atau mereka yang dari kalangan masyarakat sipil Asia, Indonesia-Melayu, yang datang ke Papua untuk mengais rezeki.
Terlepas dari persoalan beda interpretasi teks-teks kitab suci sebagai platform fundamental (baca; Al-Quran dan Al-Hadits) umat Islam seluruh dunia sebagai guidance, adalah argumentasi kebalikan jawaban para Muslim pribumi yang ikutan bersikap sama dengan para amber. Hal demikian ini menjadi terasa aneh bagi kita, ini disebabkan oleh bertentangangannya dengan prinsip Islam yang mendasar yang kita tahu sebagai rahmatn lil'alamin itu, tidak di wujudkan dalam sikap politik Muslim Papua dalam pilihan "busuk" Indonesia.
Implikasi demikian itu menyebabkan Islam salah di terjemahkan dalam sikap Politik antara O dan M oleh Muslim Papua. Disini seakan tidak ada ruang rekontektualisasi nilai-nilai Islam sesuai dengan konteks social politik dan budaya Papua. Hal demikian disebabkan oleh akibat kurang mengenalnya kita, Muslim Papua, akan ajaran inti Al-Quran yang sesungguhnya hadir dimuka bumi, untuk membebaskan umat manusia dari ketertindasan, pembunuhan, perampasan hak-hak asasi manusia seperti yang terjadi pada Bangsa Papua saat ini.
Perampasan atau perampokan harta kekayaan Orang Papua yang dilakukan oleh bangsa Indonesia betapapun Indonesia adalah beragama Islam tetap itu adalah kedholiman, (bertentangan dengan ajaran agama Islam). Penganiayaan bangsa Indonesia atas bangsa Papua apapun alasannya, sesungguhnya bertentangan dengan ajaran inti Islam yang terkandung didalam kitab suci, Al-Qur'an dan Al-Hadist. Sebab esensi kehadiran Islam dimuka bumi adalah rahmatan lil’alamin, kasih sayang bagi seluruh alam, dan missi utamanya kemerdekaan, kebenaran, keadilan dan pesan utamanya sesuai nama agama Islam itu sendiri yaitu kedamaian.
Penulis sangat menyesal banyak saudara Muslim lain, sikapnya dalam konteks Papua lebih pro "O" atau bertentangan dengan kenyataan bahwa kita di jajah Indonesia. Dan umumnya Muslim Papua tidak sejalan dengan penulis atau Thoha Al-Hamid yang Sekjen PDP itu. Bahkan Muslim Pribumi mudah percaya dengan omong kosong Indonesia yang umum kita ketahui bersama selama ini, seperti mengintegrasikan Papua didalam RI/NKRI untuk membangun dan memajukan Rakyat Papua.
Oleh sebab itu tulisan ini lebih sebagai pendidikan politik Muslim Papua, akan hak-haknya yang diberikan dan dijamin oleh Alloh SWT untuk di jaga. Dan kalau dirampas orang dari bangsa lain atas kekayaan alam negeri yang diberikan oleh Allah SWT, sebagai amanah dan dipelihara dari kerusakan, perampasan dan pencurian negara lain seperti kita Papua harus dilawan.
Maka semoga minimal tulisan ini harapannya harus menjadi kewaspadaan Pribumi Muslim Papua. Dan orientasi Muslim Pribumi kedepan harus tetap atau kembali menbangun kesadaran sebagai Muslim Papua untuk berdiri dalam barisan terdepan dalam menyuarakan kebenaran atas penjajahan dan penindasan hak-hak hidup dasariah manusiawi yang dirampok dan ditindas oleh Indonesia. Dan penjajah Indonesia harus dilawan sebagai hukum kewajiban (fardhu ‘ain) oleh seluruh indivudu Muslim Papua.
Dengan menyatakan ini Penulis yang berasal dari Muslim Papua asal Kelahiran Walesi, Wamena, Kab. Jayawijaya Papua, menyerukan resolusi jihad fisabilillah bagi Penganut Islam Papua. Setidaknya upaya tulisan ini sebagai ghozwulfikri, bahwa dengan opini demikian akan menjadi khiroh (semangat) internal Pribumi Muslim dari kekeliruan sikap politik antara dua pilihan sebelum ini atas intrepretasi ajaran Islam. Muslim Papua harus menegakkan harga diri sebagai makhluk Allah SWT, yang mulia di muka bumi dapat diwujudkan dengan menyatakan kebenaran sebagai yang benar dan salah sebagai salah tanpa memperdulikan penjajah Indonesia sebagai sesama Muslim.
Islam Dan Muslim Berbeda
Mendukung Papua Merdeka sambil mempertahankan diri sesama Papua adalah wajib hukumnya bagi Muslim Papua kedepan ini. Yang menjajah betapapun ia Muslim harus dilawan karena Islam berbeda dengan Muslim, apalagi Jawa, atau manusia Bugis-Buton Makasar, sama sebaliknya manusia Bugis, Buton dan Makasar atau Madura wajib mendukung sesuai ajaran Agama Mulia ini yakni Islam, kalau memang mereka benar Muslim dan ingin menegakkan nilai-nilai Islam yang benar sesuai ajaran yang ada dalam Qur'an-Hadist.
Muslim Papua, dari Jawa, Madura atau Sulawesi kalau benar mereka beragama Islam berarti harus bersama Orang Papua lain wajib memerdekakan Papua dan bersama Orang Papua lain baik Muslim atau bukan wajib melawan penindasan itu. Sebab pendindasan oleh siapapun dan dari seagama dengan kitapun itu harus dilawan karena tidak sejalan dengan semangat agama Islam sebagai anutan mereka yang mengajarkan nilai persamaan dan menjunjung martabat atau harga diri manusia. Sikap demikian terhadap penjajahan atau penindasan sesungguhnya sangat sejalan dengan Islam. Karena esensi Islam hadir kedunia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul justru untuk membebaskan umat manusia serta menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan bagi siapapun manusia dan dimanapun tempatnya tidak terkecuali Bangsa Papua saat ini. Islam sekali lagi hanya, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebagaimana nilai asasi Islam di jelaskan diatas, idealnya dan ini menjadi kewajiban tidak hanya oleh Muslim Pribumi seperti Thoha Al-Hamid namun seluruh Muslim Papua yang merasa Muslim harus menyatakan kebenaran ini bahwa penjajahan adalah kata lain pencurian, perampokan atau exploitasi kekayaan alam milik Orang Papua oleh Indonesia seperti dilakukan PT.Freeport, British Petrolium di Bintuni (daerah Penduduk Muslim dari dulu), pencurian kayu (illegal logging), singkatnya semua kekayaan alam Papua adalah karunia Allah SWT, bagi Orang Papua harus kita pertahankan dari perampokan bangsa Muslim Indonesia ini, dan dilawan untuk di pertahankan. Muslim Papua harus melawan ini sebagai jihad fisabilillah. Sebab pengertian Islam secara generiknya sejalan dengan pengertian pembebasan atau kemerdekaan.
Islam Agama Tuhan
Bagi banyak kalangan masyarakat Papua, Umumnya menganggap bahwa Islam berarti Jawa atau Bugis-Buton-Makasar dan atau juga Ternate, singkatnya mereka yang umumnya berasal dari luar Papua, selain Kabupaten Fak-Fak atau Daerah Selatan Kepala Burung Papaua. Karena Muslim Papua berarti mereka yang berasal dari kebanyakan orang Indonesia yang Melayu Asia itu. Maka persepsi orang lalu Islam melegalisasikan ajarannya sebagimana kelakuan Muslim adalah salah dan ini berbahaya. Memang yang akan menjadi akibat parah adalah orang Papua di zaman penjajahan Indonesia atas Papua ini, kebanyakan kita memeluk dan beribadah bersama Muslim penjajah-dan menganggap Islam sama dengan Indonesia. Islam harus dibedakan dari suku bangsa, Jawa tidak selamanya Islam, tapi Jawa ada juga Muslim.
Anggapan demikian benar karena Muslim adalah mayoritas penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa itu atau 85% dari penduduk dan secara statistik adalah jumlah pemeluk agama Islam terbesar dunia. Dan sehingga memang, kenyataan di mana-mana dikota Papua didapati para "amber", pendatang, ini hampir seluruhnya Muslim atau mereka yang beragama Islam. Tapi harus dibedakan dan kita harus ingat bahwa Islam agama Tuhan, Islam agama diperuntukkan bagi umat manusia dijagat raya, tidak hanya, Indonesia yang mendholimi bangsa Papua dan juga muslim Papua yang ada didalamnya.
Lalu dimanakah kaitan Islam dalam mendukung proses pembebasan tanah Papua oleh Muslim Papua? Islam dimanapun wajib dan akan terus dihadirkan guna membebaskan manusia atas penjajahan, perampasan hak-hak asasi manusia, dan penindasan oleh bangsa atas bangsa lain. Lalu pertanyaan intinya sebagaimana judul tulisan ini, Adakah Islam Mendukung Papua Merdeka? Jawabannya 100% mendukung sebagaimana pengertian Islam dari "sana"-nya (baca; lauhul mahfudz), karena kemerdekaan adalah hak kodrati yang dijamin oleh Allah SWT, kepada setiap individu dan bangsa. Tapi kalau pertanyaan ini di tanyakan dengan, adakah Muslim Mendukung Papua Merdeka? Jawabannya ada dan tidak, karena jawabannya ada dan tidak, maka masalah ini harus didekati secara lebih dekat agar kita dengan secara lebih arif pula mengerti yang ada ini siapa mereka sebagai saudara dan yang tidak kita jadikan sebagai politic enemy bersama.
Mungkin bagi Muslim lain penulis dapat dianggap gegabah. Namun penulis berani mengatakan ini karena penulis tahu bahwa yang berpendapat kebalikan dari penulis disini adalah mereka yang tidak tahu Islam atau tidak belajar Islam selain hanya sebagai KTP yang tertera beragama Islam yang juga berarti yang dimaksud dengan Muslim itu. Karena jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah yang terbesar dan mayoritas penduduknya beragama Islam di dunia maka penting di jelaskan disini, tentang perbedaan pengertian antara Islam dan Muslim mengingat Bangsa Muslim yang besar dunia ini dirasakan sedang menjajah orang Papua yang sesungguhnya juga sangat, sekali lagi sangat bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran Islam yang agung dan mulia itu.
Namun hanya faktor kebetulan sajalah yang menjajah Papua saat ini adalah Muslim Indonesia, yang walaupun tidak sesuai dengan nilai kebenaran Islam yang melarang penjajahan itu. Sehingga orang seperti penulis sendiri yang baru belajar nilai ajaran Islam di Universitas menjadi tahu bahwa penjajahan Indonesia atas Papua sama sekali tidak ada kaitan sebagai menjalankan aturan Islam oleh Muslim Penjajah, Indonesia.
Islam dan Muslim berbeda walaupun berasal dari satu akar kata. Perbedaan Islam dan Muslim itu setidaknya dalam pengertian. Muslim sebagai kata benda yang berarti manusianya, sedangkan Islam sebagai kata sifat yang abstrak, berarti nilai. Sesuatu yang berdimensi nilai berarti juga sesuatu yang dianggap suci, sakral (keramat), yang berintikan ajaran-ajaran doktrin pokoknya bersifat transendetal, diluar jangkauan dari akal pikiran manusia yang terbatas. Misalnya menyangkut keadilan, kebenaran sebagai pokok ajaran intinya yang diharap dari para pemeluk agama, yang walaupun secara terus menerus manusia ingin mewujudkan keadilan, kebenaran itu.
Dalam pencapaiannya, manusia tidak pernah sangggup dan malah tidak pernah sampai. Bahkan sampai seluruh usia dihabiskan untuk mewujudkan ini, atau bahkan dari generasi kegenerasi manusia sepanjang hidupnya, hanya kebenaran subyektif, keadilan subyektif semata, kecuali terus menerus intrepretasi oleh para teolog sebagai inovasi doktrin ini ajaran agama belaka yang dibatasi oleh dimensi waktu dan tempat.
Wallahu'alam Bishowaaf.
---------------------
1 komentar:
Salam,,
Secara umum saya sependapat dengan anda, bahwa "figur muslim Papua" memang agak asing bagi kami kaum muslim di luar Papua, karena itu, sangat menarik untuk mengikuti pemikiran-pemikiran anda yang lugas. Terlebih, mungkin seperti yang juga anda katakan, pemikiran anda boleh jadi sedikit berbeda dengan pandangan muslim Papua lainnya.
Meski agak terlambat, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, TaqobbalaLlah minna wa minkum.
Minta ijin juga untuk membuat link anda di blog kami. Mudah-mudah suara muslim Papua semakin terdengar saudara-saudara lainnya. InsyaaLlah.
Wassalam.
Posting Komentar